ADA fenomena menarik yang tersaji pada perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-30 lalu, yakni tampilnya sejumlah kelompok kesenian dari mancanegara. Secara silih berganti, seniman-seniman dari duranegara itu mewarnai pentas PKB dengan kreativitas seni nan memukau. Ada kelompok kesenian yang menampilkan kekhasan seni-budayanya masing-masing. Namun, ada juga kelompok kesenian yang tampil penuh percaya diri lewat persembahan aneka jenis tari Bali. Keberanian mereka tampil di hadapan publik yang notabene merupakan pemilik sah dari kesenian itu jelas layak diberikan penghargaan lebih. Apalagi, penampilan mereka tidak hanya sekadar numpang lewat alias tampil asal-asalan. Namun, tampil dengan kualitas seni yang sangat terjaga.
Lihatlah, betapa ekspresifnya penari-penari bermata sipit dari Sanggar Sakura Sari, Jepang saat menarikan tari Panji Semarang, Nelayan, Teruna Jaya, Garuda Wisnu dan beragam tari Bali lainnya. Penampilan tak kalah memukaunya juga dipertontonkan oleh penari-penari Negeri Sakura yang bernaung di bawah Sanggar Basundhari dan Sanggar Wyarihita (keduanya sanggar tari yang beraktivitas di Jepang - red). Harus diakui, kepiawaian mereka menari Bali nyaris sejajar dengan penari-penari lokal Bali. Tentu saja, kepiawaian itu tidak diperoleh dengan mudah. Tidak semudah membalik telapak tangan. Namun, lewat latihan yang keras dan tekun selama bertahun-tahun.
Buah dari keseriusan mereka berlatih menari Bali itulah yang dipertontonkan di hadapan para pengunjung PKB. Hasilnya, pencinta seni di Bali pun hanya bisa terpana dan tercengang penuh perasaan takjub. Sejatinya, para penari Jepang itu telah mempersembahkan pelajaran berharga bagi generasi-generasi penerus kejayaan seni budaya Bali. Jika orang Jepang saja mau bersusah-payah berlatih seni budaya, kenapa orang Bali sendiri justru terkesan makin "menghindar" dari kesenian adiluhung warisan leluhurnya?
Dihubungi Jumat (18/7) kemarin, pengamat seni pertunjukan Bali Prof. Dr. I Wayan Dibia, M.A. dan Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi Bali Drs. I Nyoman Nikanaya, M.M. menegaskan bahwa krama Bali wajib memetik pelajaran berharga dari keseriusan seniman-seniman mancanegara itu dalam mempelajari seni budaya Bali. Keduanya menegaskan, tidak perlu cemburu menanggapi kehadiran mereka di pentas-pentas PKB. Sebaliknya, kehadiran mereka yang begitu mempesona di pesta seni tahunan masyarakat Bali itu harus dijadikan cemeti untuk makin mengukuhkan kecintaan terhadap seni budaya Bali.
"Kalau orang asing saja begitu bersemangat mempelajari seni budaya Bali, kenapa orang Bali sendiri justru enggan melakukan hal itu? Di balik penampilan penuh pesona para penari Jepang itu, sejatinya secara tidak langsung mereka telah mengingatkan krama Bali untuk tetap mencintai, menjaga dan melestarikan seni budayanya termasuk mengembangkannya dengan penuh kesadaran. Itulah sisi-sisi positif yang harus dipetik dari kehadiran seniman-seniman mancanegara itu dalam PKB," kata Dibia dan dibenarkan oleh Nikanaya.
Dibia dan Nikanaya menambahkan, kegairahan masyarakat dunia mempelajari seni budaya Bali layak disyukuri. Bukan sebaliknya, justru ditanggapi dengan sikap antipati atau perasaan curiga yang berlebihan. Sebab, kegairahan itu membuktikan masyarakat dunia memang terpesona dengan seni budaya Bali, sehingga mereka tergerak untuk mempelajari dan mendalaminya.
"Sejatinya, bukan hanya masyarakat Jepang saja yang tergila-gila dengan seni budaya Bali. Masyarakat di belahan dunia yang lain seperti Amerika dan Eropa juga sudah tergerak untuk mendalami seni budaya Bali. Dalam konteks ini, seni budaya Bali sangat potensial menjadi kesenian yang mengglobal lantaran pencinta sekaligus pelakunya tidak hanya terkonsentrasi di Bali semata. Namun, sudah tersebar di seluruh dunia.
Seni budaya Bali, khususnya tari Bali, sangat potensial menjadi tarian dunia seperti halnya musik reggae. Dulu, musik reggae memang identik dengan musik orang-orang kulit hitam. Tetapi, sekarang reggae sudah jadi musik dunia lantaran berkembang luas di segenap belahan dunia," ujar Dibia yang mantan Ketua STSI Denpasar itu. * w. sumatika
Posting Komentar